Apakah Itu Hidroponik
Monday, 17 August 2015
0
comments
Etimologi
Hidroponik (Inggris: hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless.
Metode dasar
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos
yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas
teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa
tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam
secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan
pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman.
Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan
hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Sejarah
Pada mulanya, kegiatan membudidayakan tanaman yang daratan tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibuat pada tahun 1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni.
Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting
untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan dari ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun 1859-1865, memicu pengembangan teknik budidaya tanpa tanah.[1] Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak digunakan saat ini. Sekarang, Solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.
Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian.[2][3] Pada mulanya dia menyebutnya dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya perairan), namun kemudian mengetahui aquaculture
telah diterapkan pada budidaya hewan air. Gericke menciptakan sensasi
dengan menumbuhkan tomat yang menjalar setinggi duapuluh lima kaki, di
halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral selain tanah.[4] Berdasarkan analogi dengan sebutan Yunani kuno pada budi daya perairan, γεωπονικά,[5] ilmu budidaya bumi, Gericke menciptakan istilah hidroponik
pada tahun 1937 (meskipun ia menegaskan bahwa istilah ini disarankan
oleh WA Setchell, dari University of California) untuk budidaya tanaman
pada air (dari Yunani Kuno ὕδωρ, air ; dan πόνος, tenaga[5]).[1]
Pada laporan Gericke, dia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi
pertanian tanaman dan memicu sejumlah besar permintaan informasi lebih
lanjut. Pengajuan Gericke ditolak oleh pihak universitas tentang
penggunaan greenhouse dikampusnya untuk eksperimen karena skeptisme
orang-orang administrasi kampus. dan ketika pihak Universitas berusaha
memaksa dia untuk membeberkan resep nutrisi pertama yang dikembangkan di
rumah, ia meminta tempat untuk rumah kaca dan saatnya untuk
memperbaikinya menggunakan fasilitas penelitian yang sesuai. Sementara
akhirnya ia diberikan tempat untuk greenhouse, Pihak Universitas
menugaskan Hoagland dan Arnon untuk menyusun ulang formula Gericke, pada
tahun 1940, setelah meninggalkan jabatan akademik di iklim yang tidak
menguntungkan secara politik, dia menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less Gardening.
Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan
untuk skala usaha komersial harus diperhatikan, karena tidak semua
hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu:
Awal mula
Budidaya tanpa tanah
Pada awalnya Gericke mendefinisikan pertumbuhan tanaman hidroponik dengan larutan nutrien
mineral. Hidroponik merupakan bagian dari budidaya tanpa tanah. Banyak
budidaya tanpa tanah namun dengan larutan untuk hidroponik.
Tanaman yang tidak ditumbuhkan dengan cara pada umumnya, akan dapat
untuk tumbuh menggunakan sistem lingkungan yang dapat dikendalikan
seperti hidroponik. Tampaknya NASA juga memanfaatkan hidroponik pada program luar angkasanya. Ray Wheeler, seorang ahli fisiologi tanaman
di Laboratorium Space Center Space Life Science, Kennedy, percaya bahwa
hidroponik akan berkontribusi membuat kemajuan dalam perjalanan luar angkasa. Dia menyebutnya sebagai sistem bioregenerative life support.[6]
Macam-macam hidroponik
- Static solution culture (kultur air statis)
- Continuous-flow solution culture, contoh : NFT (Nutrient Film Technique),DFT (Deep Flow Technique)
- Aeroponics
- Passive sub-irrigation
- Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
- Run to waste
- Deep water culture
- Bubbleponics
- Bioponic
Static solution culture
Di Indonesia, Static solution culture lebih dikenal dengan istilah sistem sumbu (wick system) ataupun teknik apung. Merupakan jenis paling sederhana dari semua jenis hidroponik.
Pada Static solution culture, tanaman diletakkan pada wadah berisi larutan nutrien.
Untuk ukuran wadah larutan dapat berbeda tergantung pada penggunaan
dan ukuran tanaman. Dalam skala kecil (skala rumah tangga maupun hobby
berskala kecil), hidroponik dapat dibuat dengan wadah yang biasanya
dipakai didalam rumah seperti gelas, toples, ember, ataupun bak air.
Wadah bening dapat di bungkus dengan Aluminium foil, plastik, cat, atau material lain yang menolak cahaya (membuat cahaya tidak bisa masuk) agar tidak tumbuh lumut.
Penutup wadah air dilubangi dan diisi tanaman, disitu dapat diisi
satu atau beberapa netpot tanaman untuk setiap wadah air. Dalam teknik sumbu
sendiri setiap net pot diisi media tanam dan potongan kain yang
menjulur kebawah yang berfungsi menyerap larutan ke akar tanaman melalui
pipa-pipa kapiler pada kain. Sedangkan dalam teknik apung dapat menggunakan lembaran gabus yang dilubangi dan disisi pot-pot kecil yang diisi (media tanam) untuk tanaman.
Agar larutan nutrien dapat bersirkulasi secara merata, maka perlu diberi blekutukan dengan mesin penggelembung udara atau disebut aerator
(aerator kecil bisa didapat di toko ikan) ataupun dengan penggunakan
pompa air yang biasa dipakai di aquarium. dalam skala komersial dapat
menggunakan pompa bertenaga medium (yang biasa dipakai untuk pancuran
kolam dan taman).
Tanpa aerator pun masih bisa, namun jika tidak di beri aerator, akan
membuat larutan yang berada dibagian bawah menjadi tidak terserap
lantaran posisi akar berada di atas larutan yang tidak terserap
(lantaran air tidak bersirkulasi), dan juga, akar-pun kurang mendapat
asupan oksigen.
Larutan nutrien
dapat diganti sesuai jadwal atau sesuai prosedur. Setiap kali larutan
berkurang hingga di bawah tingkat tertentu, maka perlu menambahkan air
atau larutan nutrisi segar sesuai dengan kebutuhan tanaman yang
dinyatakan dengan satuan TDS (Total Solid Dissolved) atau PPM (Part per Million) yang diperlukan.
Dalam budidaya teknik sumbu (wick system) memiliki kendala pada penurunan volume larutan, untuk mencegah ketinggian larutan nutrien
turun dibawah akar, dapat digunakan keran dengan katup pelampung bola
(yang biasa dipakai di tandon) untuk menjaga ketinggian larutan secara
otomatis. Dalam budidaya larutan rakit apung, tanaman ditempatkan dalam
celah pada lembaran gabus / stereofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi. Dengan teknik apung, ketinggian larutan tidak akan turun di bawah akar.
Aeroponik
Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala dibasahi dengan butiran-butiran larutan nutrien
yang halus (seperti kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan
memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara
atau pertumbuhan ruang yang luas yang secara berkala, akar dibasahi
dengan kabut halus cari larutan nutrisi. Aerasi secara sempurna
merupakan kelebihan utama dari aeroponik.
Teknik aeroponik telah terbukti sukses secara komersial untuk
perkecambahan biji, produksi benih kentang, produksi tomat, dan tanaman
daun.[7]
Karena penemu Richard Stoner mengkomersilkan teknologi aeroponik pada
tahun 1983, Aeroponik telah dilaksanakan sebagai alternatif untuk sistim
pengairan hidroponik secara intensif di seluruh dunia.[8]
Kelebihan aeroponik yang lain yang berbeda dari hidroponik adalah bahwa
setiap jenis tanaman dapat tumbuh (dalam sistem aeroponik yang benar),
karena lingkungan mikro dari aeroponik benar-benar dapat dikontrol.
Keunggulan aeroponik adalah bahwa tanaman aeroponik yang di jeda
pembasahannya akan dapat menerima 100% dari oksigen yang ada, dan karbon dioksida pada bagian akar, batang, serta daun,[9] sehingga mempercepat pertumbuhan biomassa dan mengurangi waktu perakaran.
Penelitian NASA menunjukan teknik aeroponik, bahwa tanaman dapat
mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 80% dalam massa berat kering
(mineral penting) dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada
hidroponik lain. Aeroponik menggunakan 65% air dari kebutuhan air
hidroponik. NASA juga menyimpulkan bahwa tanaman yang tumbuh dengan
aeroponik, membutuhkan ¼ nutrisi yang digunakan dibandingkan dengan
hidroponik lain. Bercocok tanam dengan Aeroponik
menawarkan kemampuan petani untuk mengurangi penyebaran penyakit dan
patogen. Aeroponik juga banyak digunakan dalam penelitian laboratorium fisiologi tanaman dan patologi tanaman. Teknik aeroponik mendapat perhatian khusus oleh NASA karena kabut lebih mudah untuk ditangani daripada menangani cairan di tempat tanpa gravitasi.
Kelebihan lain dari aeroponik ini, kentang dapat dipanen tanpa
merusak jaringan akar pada tanaman sehingga sebuah tanaman dapat dipanen
berkali-kali dan dapat memilih umbi kentang yang siap panen.
Media tanam
Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa contoh di antaranya adalah:
- Arang sekam
- Spons
- Expanded clay
- Rockwool
- Sabut (Coir)
- Perlite
- Batu apung (Pumice)
- Vermiculite
- Pasir
- Kerikil
- Serbuk kayu atau disebut serbuk gergaji
Keuntungan teknik hidroponik
- Tidak membutuhkan tanah
- Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misal disirkulasikan ke akuarium
- Mudah dalam pengendalian nutrisi sehingga pemberian nutrisi bisa lebih efisien
- Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan
- Memberikan hasil yang lebih banyak
- Mudah dalam memanen hasil
- Steril dan bersih
- Bebas dari tumbuhan pengganggu
- Media tanam dapat dilakukan selama bertahun-tahun
- Bebas dari tumbuhan pengganggu/gulma
- Tanaman tumbuh lebih cepat
Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan relatif lebih bersih.
Sehingga untuk merancang interior ruangan dalam rumah akan bisa lebih
leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang
digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna
yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang
dipakai dalam pelarut nutrisinya.
0 comments:
Post a Comment