Warcraft, Awal dari Sebuah Legenda yang Diceritakan dengan Buruk
Monday, 30 May 2016
0
comments
Satu lagi film yang diadaptasi dari game (Warcraft 1,2,3, World of
Warcraft) yang mempunyai jutaan fans di dunia. Bagi penggemar Warcraft
ataupun game turunannya (DOTA, WoW, dll) pasti sangat menunggu film ini.
Tapi bagi yang bukan penggemar ataupun bahkan belum pernah mendengar
Warcraft, film ini cukup dapat dinikmati karena adegan action yang
menghibur dan (cukup) berdarah–darah, dan kualitas CGI yang sangat baik.
Warcraft bersetting di dua dunia yaitu Draenor yang dihuni oleh Orcs,
dan Azeroth yang sebagian besar dihuni oleh Manusia, Durotan (Toby
Kebbel) seorang pemimpin clan dari bangsa Orcs mencoba untuk mencari
dunia baru dan bergabung dengan clan orcs yang lain, karena Draenor yang
merupakan dunia orc diambang kehancuran.
Pimpinan Orcs Gul’dan (Daniel Wu) dengan bantuan Garona (Paula Patton)
memerintahkan Orcs untuk berperang dengan membuka portal yang
menghubungkan antara Draenor dan Azeroth. Merasakan bahaya, seorang
ksatria bernama Anduin Lothar (Travis Fimmel) mencoba meyakinkan Raja
Llane Wrynn (Dominic Cooper) untuk mengerahkan segala upaya untuk
menghentikan invasi orcs dengan memanggil pelindung Azeroth, seorang
penyihir terkuat bernama Medivh (Ben Foster). Siapakah yang akhirnya
akan menguasai Azeroth?
Darah dan perang mungkin menjadi 2 kata yang sesuai untuk film ini,
bagi para action lover, ini adalah film yang sempurna untuk Anda, fast-paced action,
adegan-adegan yang tidak ragu untuk menonjolkan kekerasan terasa
memuaskan untuk ditonton. Koreografi pertempuran juga nampak
direncanakan dengan baik sehingga tidak terkesan artificial. Ditambah lagi dengan special effect yang sangat memanjakan mata. Untuk sound, cukup baik walaupun tidak luar biasa.
Sayangnya fokus pada action dan CGI tidak diimbangi oleh story-telling
yang baik, film ini nampak terburu-buru dan terlihat ingin memasukkan
terlalu banyak elemen ke dalam 123 menit durasinya. Bagi yang asing
dengan legenda Warcraft, mungkin film ini akan sedikit membingungkan,
jadi tidak ada salahnya membaca sedikit tentang cerita-cerita Warcraft
di internet sebelum nonton. Beberapa konflik terasa “out of nowhere” begitu pula dengan penyelesaian konflik tersebut.
Untuk cast sebenarnya cukup baik, tapi sangat disayangkan, penonton
tidak diberikan cukup waktu untuk punya pemahaman dan jatuh cinta pada
tokoh–tokoh tersebut. Bagaimana latar belakang masing–masing hanya
diceritakan dalam bentuk naratif 1 atau 2 kalimat saja. Begitupun
interaksi antar tokoh, sehingga pada akhirnya penonton akan merasa sulit
untuk memahami keputusan–keputusan yang diambil oleh setiap tokoh
tersebut. Dialog antar pemain cenderung “dipaksakan”, beberapa adegan
yang seharusnya romantis dan dramatis, berubah menjadi konyol. Ada
beberapa adegan yang lucu, tapi sebagian besar dialog terasa sebagai
pelengkap saja dan berasa “kosong”
Film ini sangat direkomendasikan untuk penonton yang memang sudah
menunggu-nunggu adaptasi Warcraft sejak lama. CGI yang bagus dan action
yang cukup memuaskan. Untuk yang lain? Kecuali tidak keberatan terhadap
dialog yang cheesy, tokoh–tokoh yang kurang lovable,
dan alur cerita yang cukup mudah ditebak, film ini cukup dapat
dinikmati, dan mungkin sambil berharap, bahwa film Warcraft selanjutnya
dapat lebih megah daripada yang ini.
Sumber : http://chip.co.id
0 comments:
Post a Comment