Mengungkap Dalang Pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘Anhu
Sunday, 16 November 2014
0
comments
Cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma gugur
terbunuh di tanah Karbala. Tragis dan mengenaskan. Dan Yazid bin
Muawiyah pun jadi tersangka tunggal dalam tragedi ini. Nama Yazid busuk.
Bahkan bapaknya Muawiyah radhiyallahu anhu pun tercemar. Laknat
sekelompok manusia terus membayangi mereka, terlebih di hari terbunuhnya
Husain radhiyallahu anhu, 10 Muharram atau hari Asyura.
Siapa yang tak akan benci dan murka kepada pembunuh cucu tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?
Namun benarkah Yazid membunuh Husain
radhiyallahu anhu? Atau benarkah Yazid memerintahkan supaya Husain
radhiyallahu anhu dibunuh di Karbala?
Sejenak, kita kembali ke tahun 61 H tepatnya di Padang Karbala.
PEMBUNUH HUSAIN RADHIYALLAHU ‘ANHU TERNYATA ADALAH SYIAH KUFAH
PENGAKUAN PARA PEMBUNUH HUSAIN RADHIYALLAHU ‘ANHU
Syiah Kufah telah mengakui bahwa
merekalah yang membunuh Husain radhiyallahu anhu. Pengakuan Syiah
pembunuh-pembunuh Husain radhiyallahu anhu ini diabadikan oleh
ulama-ulama Syiah yang merupakan rujukan dalam agama mereka seperti
Baqir al-Majlisi, Nurullah Syusytari, dan lain-lain di dalam buku mereka
masing-masing. Mullah Baqir al-Majlisi, seorang ulama rujukan Syiah
menulis,
“Sekumpulan orang-orang Kufah terkejut
oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, “Demi Tuhan! Apa yang
telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain. Kita telah
membunuh “Penghulu Pemuda Ahli Surga” karena Ibnu Ziyad anak haram itu.
Di sini mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk
memberontak terhadap Ibnu Ziyad tetapi tidak berguna apa-apa.” (Jilaau al-‘Uyun, halaman 430).
Qadhi Nurullah Syusytari pula menulis di dalam bukunya Majalisu al-Mu’minin bahwa
setelah sekian lama (lebih kurang 4 atau 5 tahun) Husain radhiyallahu
‘anhu terbunuh, pemuka orang-orang Syiah mengumpulkan kaumnya dan
berkata,
“Kita telah memanggil Husain radhiyallahu
anhu dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya, kemudian kita
berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak akan
diampuni kecuali kita berbunuh-bunuhan sesama kita.” Dengan itu
berkumpullah sekian banyak orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil
mereka membaca ayat (artinya), “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang
telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu
pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu.” (QS. Al-Baqarah: 54).
Kemudian mereka berbunuh-bunuhan sesama mereka. Inilah golongan yang
dikenali dalam sejarah Islam dengan gelar “at-Tawwaabun.”
Sejarah tidak lupa dan tidak akan
melupakan peranan Syits bin Rab’i di dalam pembunuhan Husain
radhiyallahu anhu di Karbala. Tahukah Anda siapa itu Syits bin Rab’i?
Dia adalah seorang Syiah tulen, pernah menjadi duta Ali radhiyallahu
anhu di dalam peperangan Shiffin, dan senantiasa bersama Husain
radhiyallahu ‘anhu. Dialah juga yang menjemput Husain radhiyallahu anhu
ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap pemerintahan pimpinan
Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya?
Sejarah memaparkan bahwa dialah yang
mengepalai 4.000 orang bala tentara untuk menentang Husain radhiyallahu
anhu, dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal
kepala Husain radhiyallahu anhu. (Jilaau al-Uyun dan Khulashatu al-Mashaaib, hal. 37).
Masihkah ada orang yang ragu-ragu tentang
Syiah-nya Syits bin Rab’i dan tidakkah orang yang menceritakan perkara
ini ialah Mullah Baqir al-Majlisi, seorang tokoh Syiah terkenal? Secara
tidak langsung hal ini berarti pengakuan dari pihak Syiah sendiri
tentang pembunuhan itu.
Lihatlah pula kepada Qais bin Asy’ats,
ipar Husain radhiyallahu anhu, yang tidak diragukan tentang Syiahnya
tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah menjelaskan kepada
kita bahwa itulah orang yang merampas selimut Husain radhiyallahu anhu
dari tubuhnya selepas pertempuran? (Khulashatu Al Mashaaib, halaman 192).
KESAKSIAN AHLUL BAIT YANG SELAMAT DALAM TRAGEDI KARBALA
Pernyataan saksi-saksi yang turut serta
di dalam rombongan Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala, yang
terus hidup selepas peristiwa ini, juga membenarkan bahwa Syiahlah
pembunuh Husain dan Ahlul Bait. Termasuk pernyataan Husain radhiyallahu
anhu sendiri yang sempat direkam oleh sejarah sebelum beliau terbunuh.
Husain radhiyallahu anhu berkata dengan menujukan kata-katanya kepada
orang- orang Syiah Kufah yang saat itu tengah siaga bertempur melawan
beliau,
“Wahai orang-orang yang curang, zalim,
dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu
kesempitan, tetapi ketika kami datang untuk memimpin dan membela kamu
dengan menaruh kepercayaan kepadamu, maka sekarang kamu justru
menghunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-musuh
di dalam menentang kami.” (Jilaau al-Uyun, halaman 391).
Beliau juga berkata kepada Syiahnya,
“Binasalah kamu! Bagaimana mungkin kamu menghunuskan pedang dendammu
dari sarung-sarungnya tanpa adanya permusuhan dan perselisihan yang ada
di antara kamu dengan kami? Mengapa kamu akan membunuh Ahlul Bait tanpa
adanya sebab?” (Jilaau al-Uyun, halaman 391).
Ali Zainal Abidin putra Husain
radhiyallahu anhu yang turut serta di dalam rombongan ke Kufah dan terus
hidup selepas terjadinya peristiwa itu, juga berkata kepada orang-orang
Kufah lelaki dan perempuan yang meratap dengan mengoyak-ngoyak baju
mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan suara yang
lemah berkata kepada mereka,
“Mereka ini menangisi kami. Bukankah tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka?” (Al-Ihtijajkarya At Thabarsi, halaman 156).
Pada halaman berikutnya Thabarsi, seorang
ulama Syiah terkenal menukilkan kata-kata Imam Ali Zainal Abidin kepada
orang-orang Kufah. Kata beliau, “Wahai manusia (orang-orang Kufah)!
Dengan nama Allah aku bersumpah untuk bertanya kepada kamu,
ceritakanlah! Tidakkah kamu sadar bahwa kamu mengirimkan surat kepada
ayahku (mengundangnya datang), kemudian kamu menipunya? Bukankah kamu
telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya? Kemudian kamu
membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu karena amalan buruk
yang telah kamu dahulukan untuk dirimu.”
LAKNAT DAN KUTUKAN AHLUL BAIT ATAS SYIAH-NYA
Husain radhiyallahu anhu mendoakan
keburukan untuk golongan Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur
dengan beliau, “Ya Allah! Tahanlah keberkatan bumi dari mereka dan
cerai-beraikanlah mereka. Jadikanlah hati-hati pemerintah terus membenci
mereka karena mereka menjemput kami dengan maksud membela kami tetapi
sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami.” (Jilaau Al Uyun, halaman 391).
Ternyata, nasib Syiah yang sentiasa
diuber-uber di beberapa daerah dan negara-negara Islam di sepanjang
sejarah membuktikan terkabulnya kutukan dan laknat Sayyidina Husain di
medan Karbala atas Syiah.
Beliau juga berdoa, “Binasalah kamu!
Tuhan akan membalas bagi pihakku di dunia dan di akhirat… Kamu akan
menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang-pedang di atas tubuhmu
dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan
mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada
hajatmu. Apabila kamu mati, kelak sudah tersedia adzab Tuhan untukmu di
akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan diterima oleh orang-orang
kafir yang paling dahsyat kekufurannya.” (Mullah Baqir Majlisi – Jilaau Al Uyun, halaman 409).
Peringatan hari Asyura pada tanggal 10
Muharram oleh orang-orang Syiah, di mana mereka menyiksa badan dengan
memukuli tubuh mereka dengan rantai, pisau, dan pedang sebagai bentuk
berkabung yang dilakukan oleh golongan Syiah, sehingga mengalir darah
dari tubuh mereka sendiri juga merupakan bukti diterimanya doa Husain
radhiyallahu anhu. Upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga
sekarang di dalam masyarakat Syiah.
Zainab, saudara perempuan Husain
radhiyallahu anhu yang terus hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan
keburukan untuk golongan Syiah Kufah. Katanya, “Wahai orang-orang Kufah
yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi kami sedangkan air mata kami
belum kering karena kezalimanmu itu. Keluhan kami belum terputus oleh
kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang memintal
benang kemudian diuraikannya kembali. Kamu juga telah mengurai ikatan
iman dan telah berbalik kepada kekufuran… Adakah kamu meratapi kami,
padahal kamu sendirilah yang membunuh kami? Sekarang kamu pula menangisi
kami. Demi Allah! Kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa. Kamu
telah membeli keaiban dan kehinaan untuk kamu. Tumpukan kehinaan ini
sama sekali tidak akan hilang walau dibasuh dengan air apapun.” (Jilaau Al Uyun, halaman 424).
Kutukan dan laknat ini pun dapat kita
saksikan saat ini. Syiah yang terus memperingati tragedi Karbala setiap
10 Muharram (Asyura) menjadikan hari tersebut sebagai hari berkabung.
Mereka membacakan kisah terbunuhnya Husain, syair-syair sedih tentang
kematian Husain, lalu mereka menangis, meratap pilu, dan seterusnya.
Adapun di kalangan Ahlus Sunnah (Sunni)
yang dituduh Syiah membenci Ahlul Bait, tidak pernah terjadi upacara
yang seperti ini yang menunjukkan bahwa laknat dan kutukan Husain
beserta ahlul baitnya tidak menyentuh mereka. Sebaliknya, justru Syiah
yang mengaku-ngaku sebagai pecinta Ahlul Baitlah yang terkena
kutukan-kutukan ini. Maka dengan itu jelaslah bahwa Syiahlah golongan
yang bertanggungjawab membunuh Husain radhiyallahu anhu.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kaum muslimin dan bangsa ini dari tipu daya mereka. &
Sumber : https://alfanarku.wordpress.com/2013/11/20/mengungkap-dalang-pembunuhan-husain-radhiyallahu-anhu/
0 comments:
Post a Comment