Film ‘The Book Of Signs’ Buat Wanita Katholik Ini Akhirnya Masuk Islam

Posted by IYan Monday 16 March 2015 0 comments

SAYA lahir di Georgetown, Washington. Saya Hispanik Amerika. Ayah saya adalah Nikaragua dan ibu saya Puerto Rico. Saya dibesarkan di Gereja Katolik. Selama dua tahun, ayah mengubah kami menjadi umat Buddha karena kehendak kita sendiri.
Saya memiliki kakak dan adik. Sebelumnua kita semua hidup dalam ketakutan karena ayah adalah seorang pecandu alkohol. Saat itu saya berusia 13 tahun, mungkin orang berpikir ibu saya akan meninggalkan ayah, namun apa yang terjadi justru ayah yang meninggalkan kami.
Dengan kepergian ayah, ibu saya bekerja sangat keras untuk mendukung perekonomian keluarga kami. Sejak saat itulah kehidupan saya berantakan, saya-pun mulai minum dan merokok, pasti menggunakan narkoba. Saya berpesta sepanjang malam.
Sampai pada akhirnya saya amil anak pertama saat saya berusia 15 tahun, saya merasa saya tidak memiliki Tuhan. Bagaimana Tuhan bisa mengecewakan saya? Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang salah! Saya marah, kecewa. Saya pikir Tuhan mengasihi saya, tetapi Dia meninggalkan saya ketika saya sangat membutuhkan-Nya.
Saya bahkan tidak bisa bangun untuk mengurus anak saya. Saya menghancurkan diri sendiri gara-gara apa yang saya perbuat.
Saya masih menyesali segalanya. Saya tidak punya kehidupan, melompat dari satu hubungan ke yang lain. Aku jatuh lebih dalam kehidupan duniawi, dimana saya berpikir bahwa uang, mobil dan beberapa pakaian bergaya akan membuat saya bahagia.
Daam suatu malam saya menangis, memohon pada Tuhan untuk mengampuni saya, menanyakan, “Tolong bantu saya!” berkata saya dalam lubuk hati terdalam, saya salah.
Hingga pada tahun pertama saya bertemu dengan seorang gadis Palestina dan menjadi sahabatku. Saya-pun mengunjungi rumahnya. Saya melihat seberapa dekat keluarganya. Mereka sebagian besar keluarga Muslim tradisional. Namun saya khawatir kepada orang tua teman saya, jika anaknya berteman dengan saya karena beberapa alasan. Satu, saya bukan Muslim. Saya juga seorang remaja hamil dan mereka bisa saja memiliki rasa takut bahwa saya akan merusak putri mereka.
Teman saya tinggal dengan saya bahkan ketika bayi saya lahir. Dia adalah salah satu yang mengatakan untuk meng-adzankan di telinga putri saya. Saya ingin anak saya menjadi seperti dia: baik, baik dan sederhana. Saya sangat terkejut bahwa sebuah keluarga Muslim yang tinggal di Amerika masih memiliki moral. Saya ingin anak saya untuk memiliki kehidupan yang baik.
Menjadi Muslim berarti tidak minum, tidak ada clubbing, atau makan daging babi. Hey! Itu semua yang kita makan di Puerto Rico.
Pada suatu waktu, saya diundang ke rumah teman terbaik saya untuk menonton film “The Book of Signs”. Saya menjadi sangat ingin tahu tentang Al-Quran. Buku ini tahu hal-hal jauh sebelum zaman modern seperti tahap kehamilan. Juga bagaimana Allah membuat sapi dan campuran antara darah dan urin adalah susu yang bermanfaat. Belum lagi Quran ditulis seribu empat ratus tahun yang lalu.
Aku bertanya apakah aku bisa bertaubat di Masjid. Namun saat saya beberapa kali pergi kemasjid semakin takut. Apa yang akan keluarga saya katakan?
Tapi akhirnya itulah yang saya lakukan. Saya bersyahadat, lima bulan sebelum ulang tahun kesembilan belas pada bulan April 1996. Saya merasa begitu lega seperti beban berat telah terangkat dari pundak saya. SAya  bersumpah awan tampak seperti kapas, dan langit tidak pernah tampak begitu biru, saya Muslim!
Suatu hari adik saya datang ke rumah untuk memberitahu saya, ada seseorang tertarik untuk menikahi saya. Dia adalah manatan kekasih saya, saya pernag bertemu dengannya saat usia saya lima belas dan menikah di sembilan belas. Kami memiliki tiga anak bersama-sama dan telah menikah selama tiga setengah tahun. Dia adalah Kristen, saya Katolik dan Allah membawa kita bersama sebagai umat Islam.
Semoga Allah mengampuni kita dan mengasihi kita untuk hal yang dilakukan secara sadar dan tidak sadar.

Sumber : http://dakwahmedia.com

0 comments:

Post a Comment